Minggu, 12 Juni 2016

Sebagai umat muslim kita wajib mengetahui nama-nama Tuhan yang berjumlah 99, yang umat Muslim menyebutnya sebagi AsmaulHusna. Namun kata orang sebenarnya nama Tuhan ada 100 dan yang satunya di anugrahkan kepada para siswa yang telah tamat belajar dan berada di perguruan tinggi, dan jadilah MAHASISWA.

Jadi mahasiswa patut bangga dengan nama sakral yang menyandang diri mereka dengan julukan MAHA + SISWA, dengan nama yang sakral itu masyarakat memandang bahwa Mahasiswa adalah seorang yang setara dengan dewa.  Mengapa bisa ??
Tentu bisa kita sadari dalam kehidupan seharian kita para Mahasiswa selalu di junjung tinggi harkat dan martabat kita di kalangan masyarakat umum. Mereka selalu mempriyoritaskan diri kita, Entah kita kuliah dalam background apa mereka tidak peduli yang penting kita adalah Mahasiswa. Contohnya kita jurusan Ekonomi yang notabennya kita selalu bergulat dalam bidang ekonomi namun dalam kenyataan di masyarakat kita dimintai bantuan untuk reparasi hp, dimintai bantuan untuk memasak dan resep masakan harus sesuai dan enak, dimintai bantuan ini dan itu yang bukan sesuai dengan keahlian kita. secara harfiyah kita yang jurusan ekonomi bukan jurusan elektro mana bisa kita mereparasi hp dan kita bukan pula shef yang dapat memasak dan mengetahui semua resep masakan, namun pada kenyataannya semua itu tidak di pedulikan oleh masyarakat umum, yang mereka tau kita adalah seorang Mahasiswa yang selalu bisa dalam hal apapun itu.
Mungkin mereka beranggapan bahwa :
“Mahasiswa, seorang mahluk yang hidup setara dengan dewa. Dewa yang diturunkan dari langit tanpa memiliki sayap. Memiliki sifat seperti matahari yang bersinar terang menerangi dunia, seperti Rembulan yang menyinari dimalam hari, dan bintang yang berkerlap-kerlip menghiasi langit dimalam hari”
Begitu tinggi nama Mahasiswa dimata masyarakat, setiap pendapat yang kita ucapkan selalu di hargai dan dihormati. Mereka tidak memandang bahwa usia kita masih muda dibanding mereka namun dengan embel-embel mahasiswa kita selalu dapat penghormatan. mahasiswa juga di anggap sebagai panutan yang layak untuk para anak-anak mereka dan juga di anggap sebagi penerus bangsa yang menjadikan bangsa ini lebih baik.
Kita tidak patut senang dan bangga atas semua itu. Disini seharusnya kita merasa sedih mendapat  kepercayaan begitu besar, yang mereka bangun terhadap kita. Dan disini kita harus bertanggung jawab atas kepercayaan itu. Sedangkan kita belum mampu untuk mewujudkan itu semua.contoh dalam hal kecil saja, kita sering melanggar lalu lintas di jalan, saat lampu merah kita tidak sabaran lalu menerobosnya, saat kita makan permen tanpa disadari selalu membuang bungkus permen tersebut disembarang tempat.
Dengan paparan seperti itu, masihkah kita sebagai Mahasiswa selalu bermalas-malasan dalam belajar. Gembira ketika dosen tidak bisa mengajar. Bahagia ketika kita pulang lebih awal. Sadarlah, bangunlah dari mimpi manismu wahai mahasiswa wujudkan semua impianmu. Belajarlah dengan rajin, engkau adalah menerus bangsa, penegak agama dan panutan untuk umat manusia.
Tulisan ini saya tujukan kepada para mahasiswa utamanya si penulis sendiri agar sadar akan sikap yang selama ini diberbuat. Agar selama masih menjadi mahasiswa menggunakan waktunya sebaik mungkin untuk belajar dan mengabdi kepada masyarakat. Agar menjadi pelita yang menyinari dunia.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar